Belajar Buat Blogspot
jam
Senin, 24 Juni 2013
Sabtu, 22 Juni 2013
FISIOLOGI TERNAK
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK
MENGUKUR DENYUT NADI, FREKUENSI PERNAFASAN SUHU
TUBUH TENAK KAMBING
DISUSUN OLEH :
FANDI TAQIUDDIN RIDHO
C31120987
PRODUKSI TERNAK (TNK)
DINAS PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
PEMBAHASAN :
Fisiologis Ternak
Fisiologis ternak meliputi suhu
tubuh, respirasi dan denyut jantung. Suhu tubuh hewan homeotermi merupakan
hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Dalam
keadaan normal suhu tubuh ternak sejenis dapat bervariasi karena adanya
perbedaan umur, jenis kelamin, iklim, panjang hari, suhu lingkungan, aktivitas,
pakan, aktivitas pencernaan dan jumlah air yang diminum. Suhu normal adalah
panas tubuh dalam zone thermoneutral pada aktivitas tubuh terendah. Variasi normal
suhu tubuh akan berkurang bila mekanisme thermoregulasi telah bekerja sempurna
dan hewan telah dewasa. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran suhu tubuh
adalah dengan melihat suhu rectal dengan pertimbangan bahwa rectal merupakan
tempat pengukuran terbaik dan dapat mewakili suhu tubuh secara keseluruhan
sehingga dapat disebut sebagai suhu tubuh. Respirasi adalah proses pertukaran
gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik dan kimis dalam tubuh organisme
dalam lingkungan sekitarnya. Oksigen diambil dari udara sebagai bahan yang
dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme. Frekuensi respirasi
bervariasi tergantung antara lain dari besar badan, umur, aktivitas tubuh,
kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding
dengan meningkatnya suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi
menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
fisiologik dalam tubuh hewan. Kelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara
yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi. Frekuensi denyut nadi
dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada dinding rongga
dada atau pada pembuluh nadinya. Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung
dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa
hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada
suhu lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat. Peningkatan ini berhubungan
dengan peningkatan respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot
respirasi, sehingga dibutuhkan darah lebih banyak untuk mensuplai O2 dan
nutrient melalui peningkatan aliran darah dengan jalan peningkatan denyut nadi.
Bila terjadi cekaman panas akibat temperatur lingkungan yang tinggi maka
frekuensi pulsus ternak akan meningkat, hal ini berhubungan dengan peningkatan
frekuensi respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot
respirasi, sehingga memepercepat pemompaan darah ke permukaan tubuh dan
selanjutnya akan terjadi pelepasan panas tubuh. Frekuensi Pulsus sapi dalam
keadaan normal adalah 54-84 kali per menit atau 40-60 kali per menit dan sapi
muda 80-90 kali per menit.
Stres adalah respon fisiologi,
biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan
biologis lingkungan. Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan
lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau ketika
toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah. Stres panas terjadi
apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper
critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan
menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman. Stres panas ini
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah
termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi
susu. Ternak yang mengalami stres panas akibat meningkatnya temperatur
lingkungan, fungsi kelenjar tiroidnya akan terganggu. Hal ini akan mempengaruhi
selera makan dan penampilan Stres panas kronik juga menyebabkan penurunan
konsentrasi growth hormone dan glukokortikoid. Pengurangan konsentrasi hormon
ini, berhubungan dengan pengurangan laju metabolik selama stres panas. Selain
itu, selama stres panas konsentrasi prolaktin meningkat dan diduga meningkatkan
metabolisme air dan elektrolit. Hal ini akan mempengaruhi hormon aldosteron
yang berhubungan dengan metabolisme elektrolit tersebut. Pada ternak yang
menderita stres panas, kalium yang disekresikan melalui keringat tinggi
menyebabkan pengurangan konsentrasi aldosteron.
STRATEGI PENGURANGAN STRES PANAS :
- Stres panas harus ditangani dengan serius, agar tidak memberikan pengaruh negatif yang lebih besar. Beberapa strategi yang digunakan untuk mengurangi stres panas dan telah memberikan hasil positif adalah :
- Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal ini keseimbangan energi, protein, mineral dan vitamin
- Perbaikan genetik untuk mendapatkan breed yang tahan panas
- Perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air
- Penggunaan naungan, penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta kombinasinya
STRATEGI PENGURANGAN STRES PANAS :
- Stres panas harus ditangani dengan serius, agar tidak memberikan pengaruh negatif yang lebih besar. Beberapa strategi yang digunakan untuk mengurangi stres panas dan telah memberikan hasil positif adalah :
- Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal ini keseimbangan energi, protein, mineral dan vitamin
- Perbaikan genetik untuk mendapatkan breed yang tahan panas
- Perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air
- Penggunaan naungan, penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta kombinasinya
Alat dan bahan :
alat :
alat :
-
Termometer
klinik
-
Termometer
ruangan
-
Stetoskop
-
Stop
watch
Bahan :
-
kambing
Kesimpulan :
Lingkungan berpengaruh besar terhadap sifat genetik ternak. Penerapan ternak di daerah yang iklimnya sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara optimal. Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya menurun. Suhu tubuh dengan suhu rektal dan suhu kulit saling berpengaruh karena suhu tubuh di dapat dari kedua suhu tersebut. Frekuensi pernapasan berpengaruh kepada lingkungan, apabila suhu dan kelembaban naik maka frekuensi respirasi dan denyut jantung akan meningkat.Daya tahan terhadap panas dapat dihitung dengan melihat jumlah keringat yang diekskresikan oleh hewan atau ternak.
Lingkungan berpengaruh besar terhadap sifat genetik ternak. Penerapan ternak di daerah yang iklimnya sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara optimal. Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya menurun. Suhu tubuh dengan suhu rektal dan suhu kulit saling berpengaruh karena suhu tubuh di dapat dari kedua suhu tersebut. Frekuensi pernapasan berpengaruh kepada lingkungan, apabila suhu dan kelembaban naik maka frekuensi respirasi dan denyut jantung akan meningkat.Daya tahan terhadap panas dapat dihitung dengan melihat jumlah keringat yang diekskresikan oleh hewan atau ternak.
BAHAN PAKAN TERNAK
LAPORAN
PRAKTIKUM JENIS-JENIS
BAHAN
PAKAN TERNAK
Disusun oleh :
fandi taqiuddin ridho
C31120987
JURUSAN PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak-ternak
dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara
mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar
ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan.
Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda
maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging)
serta tenaga bagi ternak dewasa.Kelangsungan hidup
ternak bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak
harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk
pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus
sesuai dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Pakan merupakan
seluruh bahan makanan yang dibuat untuk kebutuhan ternak yang mengandung
berbagai macam nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral,
dan air. Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh
ternak dan tidak beracun terhadap ternak tersebut.Pentingnya
bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri
untuk kita tidak mempelajarinya.
Tingginya konsumsi ternak terhadap
pakan membuat para peternak sapi,ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya
mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi pada umumnya.Para
peternak pada saat ini telah menambahkan protein,sumber
energi,mineral,dan lain sebagainya. Tentu dengan
berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun
limbah dari pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan
protein hewani yang kian meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi
tenak ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk
mencapai swasembada daging sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya dengan perbaikan kualitas
bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak, dan peningkatan
kualitas kesehatan ternak.
Kemudian
sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang
dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.Tinggi rendah konsumsi
pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal
(lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
·
Klasifikasi
Bahan Pakan Secara Internasional
Bahan pakan dibagi menjadi dua menurut sumbernya, yaitu nabati dan hewani. Bahan pakan nabati adalah pakan yang berasal dari tanaman pangan seperti jagung, sorgum dan gandum. Bahan pakan hewani adalah bahan pakan yang bersumber dari hewan seperti udang, ikan dan darah (Rasyaf, 1994). Secara Internasional bahan pakan dapat dibagi menjadi 8 kelas yaitu hijauan kering, pasture, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan zat additive (Tillman et al, 1998)
Bahan pakan dibagi menjadi dua menurut sumbernya, yaitu nabati dan hewani. Bahan pakan nabati adalah pakan yang berasal dari tanaman pangan seperti jagung, sorgum dan gandum. Bahan pakan hewani adalah bahan pakan yang bersumber dari hewan seperti udang, ikan dan darah (Rasyaf, 1994). Secara Internasional bahan pakan dapat dibagi menjadi 8 kelas yaitu hijauan kering, pasture, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan zat additive (Tillman et al, 1998)
·
Hijauan
Kering dan Jerami ( dry forages dan roughage )
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua hay jerami kering, dry fodder, dry stover dan semua bahan pakan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar (Rasyaf, 1994). Hijauan kering adalah rumput dan daun-daunan leguminosa yang sengaja dikeringkan agar dapat disimpan dalam waktu yang lama dan digunakan sebagai cadangan bahan pakan ternak pada musim kekurangan pakan. Pemberian jerami pada beberapa ternak akan menunjukkan defisiensi vitamin A karena terjadinya penurunan suplementasi vitamin A saat proses fermentasi di dalam rumen (Lubis, 1992).
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua hay jerami kering, dry fodder, dry stover dan semua bahan pakan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar (Rasyaf, 1994). Hijauan kering adalah rumput dan daun-daunan leguminosa yang sengaja dikeringkan agar dapat disimpan dalam waktu yang lama dan digunakan sebagai cadangan bahan pakan ternak pada musim kekurangan pakan. Pemberian jerami pada beberapa ternak akan menunjukkan defisiensi vitamin A karena terjadinya penurunan suplementasi vitamin A saat proses fermentasi di dalam rumen (Lubis, 1992).
·
Pastura
atau Hijauan Segar
Tanaman padangan hijauan yang diberikan segar termasuk dalam kelas ini adalah semua hijauan diberikan secara segar. Hijauan segar atau pasture dapat dihasilkan dari jenis rumput maupun leguminosa (Lubis, 1992). Hijauan merupakan sumber pakan utama ruminansia baik berupa rumput maupun leguminosa. Hijauan akan terasa kasar bila diraba dan mempunyai bau khas masing-masing (Rasyaf, 1994). Pastura atau hijauan segar memiliki nilai protein yang cukup tinggi (Tillman et al, 1991)
Tanaman padangan hijauan yang diberikan segar termasuk dalam kelas ini adalah semua hijauan diberikan secara segar. Hijauan segar atau pasture dapat dihasilkan dari jenis rumput maupun leguminosa (Lubis, 1992). Hijauan merupakan sumber pakan utama ruminansia baik berupa rumput maupun leguminosa. Hijauan akan terasa kasar bila diraba dan mempunyai bau khas masing-masing (Rasyaf, 1994). Pastura atau hijauan segar memiliki nilai protein yang cukup tinggi (Tillman et al, 1991)
·
Silase
Kelas ini menyebutkan silase hijauan (jagung, alfafa, rumput dsb) tetapi tidak silase ikan, biji-bijian dan akar-akaran (Hartadi et al., 1993). Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami proses fermentasi didalam silo secara anaerob, menagndung bahan kering sebesar 20,35% (Tillman et al, 1998). Proses pengawetan hijauan dengan cara fermentasi menggunakan satu jenis bakteri disebut erilase. Bahan pakan yang mengalami ensilase di sebut silase. Silase membuat pakan menjadi asam dan lembek (Parakkasi, 1995).
Kelas ini menyebutkan silase hijauan (jagung, alfafa, rumput dsb) tetapi tidak silase ikan, biji-bijian dan akar-akaran (Hartadi et al., 1993). Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami proses fermentasi didalam silo secara anaerob, menagndung bahan kering sebesar 20,35% (Tillman et al, 1998). Proses pengawetan hijauan dengan cara fermentasi menggunakan satu jenis bakteri disebut erilase. Bahan pakan yang mengalami ensilase di sebut silase. Silase membuat pakan menjadi asam dan lembek (Parakkasi, 1995).
·
Sumber
Energi
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan dengan kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau kandungan dinding selnya kurang dari 35% (Lubis, 1992). Zat makanan yang digunakan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat. Karbohidrat mensuplai sekitar 80% total energi (Parakkasi, 1995).
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan dengan kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau kandungan dinding selnya kurang dari 35% (Lubis, 1992). Zat makanan yang digunakan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat. Karbohidrat mensuplai sekitar 80% total energi (Parakkasi, 1995).
·
Sumber
Protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (Lubis, 1992). Bahan pakan sumber protein biasanya berupa tepung atau bungkil (Wahyu, 1992). Semua pakan yang mengandung protein 20% atau lebih biasanya berasal dari tanaman, hewan dan ikan (Tillman et al 1991).
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (Lubis, 1992). Bahan pakan sumber protein biasanya berupa tepung atau bungkil (Wahyu, 1992). Semua pakan yang mengandung protein 20% atau lebih biasanya berasal dari tanaman, hewan dan ikan (Tillman et al 1991).
·
Sumber
Mineral
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak mineral. Kandungan pada tepung ikan bervariasi dari 46%-75%. Kandungan asam aminonya baik, banyak mengandung vitamin dan mineral, karena itulah tepung ikan memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan bahan makananlainnya (Rasyaf, 1994). Unsur anorganik mempunyai banyak fungsi dalam proses pengatur pertumbuhan (Parakkasi, 1995).
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak mineral. Kandungan pada tepung ikan bervariasi dari 46%-75%. Kandungan asam aminonya baik, banyak mengandung vitamin dan mineral, karena itulah tepung ikan memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan bahan makananlainnya (Rasyaf, 1994). Unsur anorganik mempunyai banyak fungsi dalam proses pengatur pertumbuhan (Parakkasi, 1995).
·
Sumber
Vitamin
Vitamin adalah organik yang tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Vitamin hanya diperlukan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kehidupan (Tillman et al, 1998). Vitamin adalah zat katalitik esensial yang tidak dapat disintesis tubuh dalam metabolisme, maka harus diperoleh dari luar (Anggorodi, 1994). Vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil tetapi merupakan regulator metabolis (Rasyaf, 1994).
Vitamin adalah organik yang tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Vitamin hanya diperlukan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kehidupan (Tillman et al, 1998). Vitamin adalah zat katalitik esensial yang tidak dapat disintesis tubuh dalam metabolisme, maka harus diperoleh dari luar (Anggorodi, 1994). Vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil tetapi merupakan regulator metabolis (Rasyaf, 1994).
·
Zat
Additif
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam ransum dalam jumlah sedikit (Lubis, 1992). Zat additif adalah zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya (Rasyaf, 1994).
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam ransum dalam jumlah sedikit (Lubis, 1992). Zat additif adalah zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya (Rasyaf, 1994).
v MANFAAT PAKAN
1. Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
- Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
- Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
- Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
- Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
2. Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
- Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
- Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
- Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).
3. Sumber Vitamin dan Mineral
Hampir
semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan,
mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi
tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan
bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan
seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan
mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.Saat ini bahan-bahan
pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang
dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran
pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.
v Bahan pakan
JENIS-JENIS BAHAN PAKAN
1.Tepung Ikan
Merupakan bahan utama untu
keseimbangan asam amino. Kandungan protein antara 60 – 70 % (impor) dan 45 – 55
% (lokal), tergantung pada : materi ikan, proses pengolahan, dan penyimpanan
kandungan proteinnya sangat tergantung kepada jenis ikan yang digunakan, ikan
laut akan lebih baik dibandingkan dengan ikan darat jika digunakan untuk
membuat tepung ikan Dapat mendukung bahan baku asal nabati. Harga per
satuan beratnya relatif mahal sehingga bahan baku ini hanya digunakan sebesar
5-12% terhadap total komposisi.
2. Crumble
.
Crumble adalah pellet yang dikecil-kecilkan untuk mempermudah bahan makanan
bisa dimakan oleh ternak non ruminansia.
3. Edamame Giling
Untuk
ternak ruminansia. Proses dari limbah penggilingan kulit edamame yang di keringkan
dan di halusnya menjadi serabut-serabut. Diberikan pada ternak ruminansia dan
non ruminansia.
4.Gerantek
Berasal dari proses 1 penggilingan padi . Gizinya
sedikit sekali. Tidak baik buat ayam. Gerantek ini bis membuat ternak kenyang
tetapi tidak membuat gemuk pada ayam. Gerantek adalah dedek kasar. Diberikan
pada ternak ruminansia dan non ruminansia.
5.Konsentrat
Berasal
dari campuran beberapa bahan makanan. Untuk ternak ruminansia dan non
ruminansia.
6. Kulit Edamame
Berasal dari kedelai yang diambil kulitnya saja dan
kulit kedelai dikeringkan. Diberikan pada ternak ruminansia, tetapi cara
pemberiannya tidak boleh terlalu banyak seharusnya dengan memenuhi standart
pemberian saja.
7. Kulit Kopi
Limbah
dari kopi berupa kulit ari yang dikeringkan dan ditumbuk kasar. Kopi yang hanya
diambil kulit kopinya saja dan diambil dari kulit biji kopi yang terluar.
Sebagai sumber protein. Kulit kopi untuk makanan ternak ruminansia.
Limbah kulit
kopi mengandung protein kasar 10,4 persen atau hampir sama dengan bekatul.
Sedangkan kandungan energi metabolisnya 3.356 kkal/kg.
Salah satu kendala pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah. Dengan proses amoniasi, tingkat kecernaan kulit kopi bisa ditingkatkan.
Salah satu kendala pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah. Dengan proses amoniasi, tingkat kecernaan kulit kopi bisa ditingkatkan.
8. Pellet
Untuk membuat
satu palet pakan ternak baik itu ikan maupun unggas, pemilihan bahan baku
sangat penting, sebenarnya mungkin bisa ada banyak bahan baku pakan pelet untuk
ikan dan unggas di sekitar kita, namun terkadanag kita tidak menyadarinya.
Dalam membuat
pelet pakan ternak ikan ataupun unggas, bahan-bahan yang digunakan harus
berfungsi sebagai sumber energi, sumber protein dan sumber lemak, berikut
adalah tabel bahan makanan/ bahan baku untuk pembuatan pelet ikan dan unggas.
9. PK 2
Hasil dari limbah proses penggilingan padi yang kedua. Sebagai sumber
energi. Pakan ini untuk ternak ruminansia. Dedak halus, merupakan hasil ikutan
penumbukan atau penggilingan untuk memperoleh beras asah; kandungan PK ± 11 %
dengan SK ± 10%; kaya vitamin dan niasin; mudah tengik; kandungan serat kasar
tergantung pada terikutnya kulit gabah; dapat digunakan untuk ternak non
ruminansia.
9.Saparator (Bekatul)
Hasil proses akhir dari padi yang bentuknya lebih
halus dari PK2. Banyak mengandunng Vit B(B5). Di berikan pada ternak ruminansia
dan non ruminansia.
Bekatul termasuk dalam sumber energi karena bekatul mengandung zat anti
nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti tripsin. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Wahju (1992) bahwa bekatul juga mengandung calcium-fosfor dan
Zn-filtrat yang tinggi. Bekatul memiliki bentuk serbuk, berwarna cokelat
keputihan, bau khas, rasa hambar dan zat anti nutrisi yang dimiliki adalah
oxalat.
10. Tepung
Daging
Merupakan produk kering jaringan mamalia (non bulu, kuku,
viseral,dan kulit). Kandungan protein cukup tinggi antara 50 – 60 %. Kombinasi
jagung dan tepung daging dengan proporsi yang cukup tinggi dalam ransum akan
berbahaya bagi monogastrik.
11.Tepung Tulang
Salah satu sumber mineral makro pakan adalah tepung tulang.
Tepung ini mengandung yaitu kalsium 24% dan fosfor 12%. Namun, penggunaannya
hanya terbatas sebagai pelengkap jika nutrisi dalam komposisi bahan baku yang
ada tidak mencukupi. Pabrik pakan umumnya menggunakan meat and bone meal
(tepung daging dan tulang) sebagai sumber mineral dan protein sekaligus. Bahan
ini biasanya diimpor dari luar negeri. Penggunaan tepung tulang sudah jarang
dilakukan, apalagi sudah banyak sumber mineral sintetis yang diproduksi oleh
pabrik pembuat bahan baku pakan maupun farmasi.
12. Jagung
Bahan ini “diharuskan” untuk digunakan pada ransum unggas komersial pada
umumnya. Merupakan biji-bijian sumber energi dengan kadar protein yang rendah
(lisin dan tritophan), rendah serat kasar dan mengandung energi yang tinggi;
juga merupakan sumber Xantophil, provit-A, asam lemak. Kandungan PK 9,8%;
rendahnya kualitas protein karena adanya “zein” (50% dari seluruh protein
jagung) yang bersifat larut dalam alkohol. Penggunaan jagung dalam ransum harus
ditambahkan sumber protein atau asam amino sintetik. Kadar lemak yang relatif
tinggi menyebabkan tidak tahan disimpan lama. Komposisi zat makanannya
dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan penanamannya.
13.Bungkil Kelapa sawit
Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisapembuatan minyak
kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dansangat potensial untuk
meningkatkan kualitas karkas.Kandungan nilai gizi bungkil kelapa dapat
dilihat pada Tabel 8.Tabel 8. Kandungan nilai gizi bungkil kelapaKandungan Zat
Kadar Zat Bahan kering (%) 84.40, Protein kasar (%) 21.00, TDN (%)
81.30, Serat kasar (%) 15.00, Lemak kasar (%) 1.80
14. Bungkil Kedelei
Merupakan bahan baku dengan kandungan protein yang tinggi (43–51 %). Mempunyai
pembatas nutrisi berupa rendahnya kandungan lisin dan metionin. Bahan ini lebih
banyak digunakan pada ternak unggas dan babi. Merupakan bahan favorit pada
formulasi ransum; pada ternak babi dapat mencapai penggunaan 93 % dan pada
ternak ayam maksimal 45 %.
15. Molases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadigula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungankarbohidrat,
protein dan mineral protein cukup tinggi, sehingga bisa jugadigunakan untuk
pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung.Disamping harganya
murah, kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma danrasanya. Oleh karena
itu apabila dicampur dalam ransum maka akan bisamemperbaiki aroma dan rasanya
(Hasan danIshida, 1992) Kandungan Zat Kadar Zat Bahan kering (%) 67.50, Protein
kasar (%) 3.50, TDN (%) 81.00 Serat kasar (%) 0.38, Lemak kasar (%) 0.08
16.Ubi kayu
sumber energi yang realtif murah dan mudah didapat kandungan PK < 3 % dan SK
rendahmengandung racun asam sianida/HCN (termasuk daun) dengan pengolahan dapat
mengurangi kadar HCN.
17. Garam Dapur
Garam yang umum digunakan untuk bahan baku pakan adalah garam dapur berbentuk
serbuk yang mengandung yodium sekitar 30-100 ppm. Garam dapur (NaCI) sering
digunakan sebagai tambahan untuk mencukupi kebutuhan kedua mineral yang
dikandungnya, yaitu natrium dan klor. Penggunaarmya dibatasi sampai 0,25% saja,
karena jika berlebihan akan mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran
cairan kotoran meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan alas litter menjadi
sangat lembab dan basah. Akibatnya, akan timbul gangguan penyakit bagi unggas
yang dipelihara.
18. Jagung kuning
giling,
berdasarkan hasil praktikum, jagung
kuning giling termasuk dalam kelompok sumber energi karena jagung adalah salah
satu bahan pakan yang baik untuk penggemukan. Sesuai dengan pendapat Parakkasi
(1995) bahwa kelebihan jagung dibandingkan pakan lainnya adalah palatable,
kecernaan tinggi dan mudah disimpan. Selain itu jagung giling didominasi warna
kuning. Menurut hasil pengamatan jagung kuning giling memiliki bentuk butiran, warna
kuning keputihan, tidak berbau, rasa hambar dan memiliki zat antinutrisi berupa
mimosin
19.Onggok
berdasarkan
hasil praktikum, onggok termasuk dalam sumber energi karena Kadar protein dapat
dicerna sebesar 0,6% dan martabat patinya 76%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soelistiyono (1976) bahwa susunan zat makanannya berupa 18% air; 0,8% PK; 76%
BETN; 2,2% SK; 0,2% L; 2,5% abu. Onggok memiliki bentuk butiran, warna cokelat,
tidak berbau, rasa hambar, serta memiliki zat antinutrisi berupa mimosin.
Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu yang berwarna
putih sehingga kandungan proteinnya rendah yaitu kurang dari 5%. Anonim (2009)
menambahkan bahwa onggok yang terfermentasi dapat digunakan sebagai bahan baku
pakan ternak terutama ternak unggas.
20.Minyak Goreng
Minyak goreng
merupakan sumber energi untuk ternak. Minnyak goren ini diberikan pada ternak
ruminansia.
BAB II
HASIL PAKTIKUM
Tabel bahan pakan
No
|
Nama
Bahan
Pakan
|
Warna
Bahan
Pakan
|
Tekstur
Bahan
Pakan
|
Bau
|
1
|
Tepung Ikan
|
Coklat Muda
|
Halus agak kasar
|
Amis, gurih
|
2
|
Crumble
|
Coklat
|
Padat (bulat kecil-kecil)
|
Amis
|
3
|
Edamame Giling
|
Coklat Muda
|
Serabut
|
Apek
|
4
|
Gerantek
|
Krem
|
Kasar
|
-
|
5
|
Konsentrat
|
Coklat
|
Kasar
|
-
|
6
|
Kulit Edamame
|
Coklat
|
Kulit kedelai
|
Apek
|
7
|
Kulit Kopi
|
Coklat Tua
|
Kasar
|
Apek
|
8
|
Pellet
|
Coklat
|
Padat(bulat memanjang/tabung)
|
Amis
|
9
|
PK2
|
Coklat Muda
|
Halus agak kasar
|
Tengik
|
10
|
Separator / bekatul
|
Kuning Pucat
|
Halus
|
|
11
|
Tepung Daging
|
|
|
-
|
12
|
Tepung Tulang
|
|
|
-
|
13
|
Jagung
|
Kuning ke Orange
|
Kasar (padat)
|
-
|
14
|
Bungkil kelapa sawit
|
Coklat Kehitaman
|
Halus agak kasar
|
Apek
|
15
|
Bungkil Kedelai
|
Coklat Muda
|
Kasar
|
|
16
|
Molases
|
Hitam
|
Cair
|
-
|
17
|
Ubi Kayu
|
|
|
|
18
|
Garam
|
Putih Bening
|
Kasar
|
Amis
|
19
|
Jagung kuning giling
|
|
|
-
|
20
|
Minyak Goreng
|
Putih Kekuningan
|
Kasar
|
Manis
|
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil praktikum Klasifikasi Bahan Pakan diperoleh hasil sebagai berikut :
Hijauan kering
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas hijauan kering atau hay adalah semua hay, jerami kering, dry stover dan semua bahan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa hijauan kering dan jerami memiliki 18% atau lebih serat kasar. Berdasarkan hasil praktikum tidak terdapat bahan pakan yang termasuk golongan hijauan kering kering dan jerami.
Hijauan segar / pastura
Berdasarkan hasil praktikum, bahan pakan yang termasuk dalam kelas atauhijaun segar antara lain angsana, kulit jagung dan benggala.
Kulit jagung,
Hijauan kering
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas hijauan kering atau hay adalah semua hay, jerami kering, dry stover dan semua bahan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa hijauan kering dan jerami memiliki 18% atau lebih serat kasar. Berdasarkan hasil praktikum tidak terdapat bahan pakan yang termasuk golongan hijauan kering kering dan jerami.
Hijauan segar / pastura
Berdasarkan hasil praktikum, bahan pakan yang termasuk dalam kelas atauhijaun segar antara lain angsana, kulit jagung dan benggala.
Kulit jagung,
berdasarkan hasil praktikum kulit jagung
adalah bahan pakan yang tergolong dalam kelas pastura. Kulit jagung bisa
dikatakan sebagai hijauan segar karena memiliki kalori yang cukup tinggi dan
disukai ternak serta memiliki palatabilitas yang cukup tinggi bila dalam
keadaan segar. Sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa kulit
jagung memiliki kalori yang cukup tinggi dan disukai ternak. Menurut hasil
praktikum kulit jagung berwarna hijau kekuningan, berupa lembaran, tidak
berbau, rasa hambar dan memiliki zat antinutrisi berupa mimosin.
Silase
Berdasarkan hasil praktikum, bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan atau bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami prises fermentasi di dalam silo seperti secara anaerob, mengandung bahan kering sebesar 20-35% (Tillman et al, 1998). Tillman et al (1991) menambahkan bahwa silase adalah bahan makanan yang dipotong-potong dan difermentasi. Berdasarkan hasil praktikum tidak terdapat bahan pakan yang termasuk golongan silase.
Sumber energi
Silase
Berdasarkan hasil praktikum, bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan atau bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami prises fermentasi di dalam silo seperti secara anaerob, mengandung bahan kering sebesar 20-35% (Tillman et al, 1998). Tillman et al (1991) menambahkan bahwa silase adalah bahan makanan yang dipotong-potong dan difermentasi. Berdasarkan hasil praktikum tidak terdapat bahan pakan yang termasuk golongan silase.
Sumber energi
, kelas bahan pakan yang termasuk dalam
Sumber Energi antara lain tepung daun pepaya, jagung kuning giling, onggok,
bekatul, tetes, tepung daun singkong, pollard, jagung putih dan tebu merah.
Jagung kuning giling,
Jagung kuning giling,
jagung kuning giling termasuk dalam kelompok
sumber energi karena jagung adalah salah satu bahan pakan yang baik untuk
penggemukan. Sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) bahwa kelebihan jagung
dibandingkan pakan lainnya adalah palatable, kecernaan tinggi dan mudah
disimpan. Selain itu jagung giling didominasi warna kuning. Menurut hasil
pengamatan jagung kuning giling memiliki bentuk butiran, warna kuning
keputihan, tidak berbau, rasa hambar dan memiliki zat antinutrisi berupa
mimosin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa jagung
mempunyai pigmen crytoxanthin yang merupakan prekusor vitamin A. Pigmen ini
akan menyebabkan warna yang menarik pada karkas ayam broiler.
Jagung mengandung 86% BK; 4,3% SK; 61,8% BETN; dan 9,7% PK, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely and Blade (1994) bahwa jagung mengandung serat kasar yang rendah dan mudah di dapat. Jagung kuning ini diberikan kepada unggas antara lain, ayam broiler, ayam ras pembibit, itik, bebek, angsa, kalkun, ayam hias, ayam bekisar, ayam pelung, dan ayam buras lainnya (Rasyaf, 1994).
Onggok,
Jagung mengandung 86% BK; 4,3% SK; 61,8% BETN; dan 9,7% PK, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely and Blade (1994) bahwa jagung mengandung serat kasar yang rendah dan mudah di dapat. Jagung kuning ini diberikan kepada unggas antara lain, ayam broiler, ayam ras pembibit, itik, bebek, angsa, kalkun, ayam hias, ayam bekisar, ayam pelung, dan ayam buras lainnya (Rasyaf, 1994).
Onggok,
Onggok termasuk dalam sumber energi karena
Kadar protein dapat dicerna sebesar 0,6% dan martabat patinya 76%. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soelistiyono (1976) bahwa susunan zat makanannya berupa
18% air; 0,8% PK; 76% BETN; 2,2% SK; 0,2% L; 2,5% abu. Onggok memiliki bentuk
butiran, warna cokelat, tidak berbau, rasa hambar, serta memiliki zat
antinutrisi berupa mimosin. Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan
tapioka ubi kayu yang berwarna putih sehingga kandungan proteinnya rendah yaitu
kurang dari 5%. Anonim (2009) menambahkan bahwa onggok yang terfermentasi dapat
digunakan sebagai bahan baku pakan ternak terutama ternak unggas.
Bekatul,
bekatul termasuk dalam sumber energi karena
bekatul mengandung zat anti nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti
tripsin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa bekatul juga
mengandung calcium-fosfor dan Zn-filtrat yang tinggi. Bekatul memiliki bentuk
serbuk, berwarna cokelat keputihan, bau khas, rasa hambar dan zat anti nutrisi
yang dimiliki adalah oxalat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa
bekatul adalah pakan sumber energi yang merupakan hasil samping pertanian.
Parakkasi (1995) menambahkan bahwa bekatul adalah hasil penggilingan sisa
pertanian sehingga berbentuk serbuk halus.
Tetes,
tetes adalah bahan pakan yang tergolong
dalam kelas sumber energi. Tetes berbentuk cair, berwarna hitam, bau seperti
kecap, rasa manis dan memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Penggunan dalam
penyusunan pakan ternak terbatas sekitar 5% dari komposisi pakan. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bila terlalu banyak
pemakaiannnya akan menyebabkan feses (kotoran) ternak ungaas menjadi basah.
Kadar protein indeks rendah, tapi cukup potensial sebagai sumber energi.
. Tebu Merah,
. Tebu Merah,
, tebu merah termasuk dalam kelas sumber
energi. Memiliki bentuk batang, berwarna kekuningan, bau harum, rasa manis dan
memiliki zat antinutrisi berupa oxalate. Hal tersebut tidak sesuai dengan
pendapat Lubis (1992) yang menyatakan bahwa tebu merah berwarna merah tua,
lebih gurih daripada tebu biasa, berbentuk batang dan dapat diolah menjadi gula
merah.
. Sumber protein
Berdasarkan hasil praktikum kelas bahan pakan yang termasuk dalam sumber protein antara lain bungkil kelapa, bungkil kedelai, pellet dan kroto sk3.
. Sumber protein
Berdasarkan hasil praktikum kelas bahan pakan yang termasuk dalam sumber protein antara lain bungkil kelapa, bungkil kedelai, pellet dan kroto sk3.
Bungkil kelapa,
bungkil kelapa termasuk dalam golongan
sumber protein karena bahan pakan digunakan dalam penyusunan ransum untuk
ternak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa
bungkil kelapa dalam ransum digunakan sebagai sumber protein dan berasal dari
hasil ikutan dari pabrik minyak kelapa. Bungkil kelapa berbentuk serbuk,
berwarna cokelat, bau apek, rasa hambar dan zat antinutrisi yang dimiliki
adalah mimosin. Menurut Murtidjo (1987) bungkil kelapa memiliki kandungan zat
gizi 20,55 protein kasar, 86% bahan kering, 16,9% serat kasar, 9,4% BETN, 5,6%
abu dan energi metabolisme sebesar 1540 kkal/kg.
Bungkil Kedelai,
bungkil kedelai termasuk dalam klasifikasi
bahan pakan sumber protein, berbentuk serbuk, berwarna cokelat, bau apek, rasa
hambar dan zat antinutrisinya berupa mimosin. Menurut Wahju (1997) bahwa
bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6% lemak
kasar, 60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar. Rasyaf (1994)
menambahkan bahwa protein yang terkandung oleh bungkil kedelai cukup tinggi
sehingga dalam penyusunan ransum bungkil kedelai digunakan sebagai sumber
protein. Kualitas bungkil kedelai tergantung pada proses pengambilan minyaknya,
varietas kacang kedelai dan kualitas kacang kedelainya.
BR (pellet),
BR (pellet),
pellet termasuk dalam kelompok sumber
protein. Memiliki tekstur butiran, berwarna cokelat, bau apek, rasa hambar daan
zat antinutrisinya berupa oxsalat. Menurut Murtidjo (1987) pelet merupakan
alternatif makanan yang efisien penggunaanya karena proses pembuatannya mudah,
mudah dicerna, bersih dari kuman-kuman salmonella. Anggorodi (1994) menambahkan
bahwa segi ekonomis pemakaian jenis pakan ini adalah memperpanjang penyimpanan
dan menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi yang terkandung dalam komposisi
pakan. Adapun pendapat dari Wahju (1997) yang menyatakan bahwa kandungan
nutrisi meliputi protein 9,5%, kandungan energi 4530-4520 kal / kg dan serat
kasar 10%.
Sumber vitamin
Bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak vitamin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Murtidjo (1991) yang mengungkapkan bahwa bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak vitamin. Jagung kuning memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan jagung putih karena jagung kuning mengandung karoten, provitamin A yang tinggi. Vitamin adalah zat katalitik esensial yang tidak dapat disintesis tubuh (Anggorodi, 1994). Rasyaf (1994) menambahkan bahwa vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang kecil tetapi merupakan regulator metabolisme.
Zat Additif
Berdasaarkan hasil praktikum kelas bahan pakan yang termasuk zat additif antara lain temulawak.
Temulawak,
Sumber vitamin
Bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak vitamin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Murtidjo (1991) yang mengungkapkan bahwa bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak vitamin. Jagung kuning memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan jagung putih karena jagung kuning mengandung karoten, provitamin A yang tinggi. Vitamin adalah zat katalitik esensial yang tidak dapat disintesis tubuh (Anggorodi, 1994). Rasyaf (1994) menambahkan bahwa vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang kecil tetapi merupakan regulator metabolisme.
Zat Additif
Berdasaarkan hasil praktikum kelas bahan pakan yang termasuk zat additif antara lain temulawak.
Temulawak,
temulawak termasuk zat additif, memiliki
bentuk bongkahan, berwarna kuning (orange), bau khas temulawak, rasa pahit
serta mengandung zat antinutrisi berupa mimosin. Hal tersebut sesuai dengan
pendapet Murtidjo (1991) yang menyatakan bahwa temulawak mempunyai warna
kekuningan atau kecokelatan.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada praktikum ini mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui
berbagai jenis bahan pakan dengan melihat, mencium, meraba, dan merasa. Didalam
pengembangan ransum yang bergizi, yang cukup memenuhi kebutuhan ternak, dan
dalam jumlah tertentu dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuannya, maka
teknologi dalam menyusun ransum tersebut di atas lebih banyak memerlukan
pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, menyusun ransum adalah
mempertemukan kebutuhan zat gizi ternak (untuk hidup pokok, kerja, pertambahan
berat badan, produksi susu, atau produksi telur) dengan zat gizi yang dikandung
dalam pakan (diet).
Langganan:
Postingan (Atom)