jam

Sabtu, 22 Juni 2013

FISIOLOGI TERNAK



LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK
MENGUKUR DENYUT NADI, FREKUENSI PERNAFASAN SUHU TUBUH TENAK KAMBING




DISUSUN OLEH :
FANDI TAQIUDDIN RIDHO   
C31120987


PRODUKSI TERNAK (TNK)
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER

PEMBAHASAN :
Fisiologis Ternak
Fisiologis ternak meliputi suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung. Suhu tubuh hewan homeotermi merupakan hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Dalam keadaan normal suhu tubuh ternak sejenis dapat bervariasi karena adanya perbedaan umur, jenis kelamin, iklim, panjang hari, suhu lingkungan, aktivitas, pakan, aktivitas pencernaan dan jumlah air yang diminum. Suhu normal adalah panas tubuh dalam zone thermoneutral pada aktivitas tubuh terendah. Variasi normal suhu tubuh akan berkurang bila mekanisme thermoregulasi telah bekerja sempurna dan hewan telah dewasa. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran suhu tubuh adalah dengan melihat suhu rectal dengan pertimbangan bahwa rectal merupakan tempat pengukuran terbaik dan dapat mewakili suhu tubuh secara keseluruhan sehingga dapat disebut sebagai suhu tubuh. Respirasi adalah proses pertukaran gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik dan kimis dalam tubuh organisme dalam lingkungan sekitarnya. Oksigen diambil dari udara sebagai bahan yang dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung antara lain dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh hewan. Kelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi. Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya. Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga dibutuhkan darah lebih banyak untuk mensuplai O2 dan nutrient melalui peningkatan aliran darah dengan jalan peningkatan denyut nadi. Bila terjadi cekaman panas akibat temperatur lingkungan yang tinggi maka frekuensi pulsus ternak akan meningkat, hal ini berhubungan dengan peningkatan frekuensi respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga memepercepat pemompaan darah ke permukaan tubuh dan selanjutnya akan terjadi pelepasan panas tubuh. Frekuensi Pulsus sapi dalam keadaan normal adalah 54-84 kali per menit atau 40-60 kali per menit dan sapi muda 80-90 kali per menit.      
Stres adalah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan. Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau ketika toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah. Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman. Stres panas ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu. Ternak yang mengalami stres panas akibat meningkatnya temperatur lingkungan, fungsi kelenjar tiroidnya akan terganggu. Hal ini akan mempengaruhi selera makan dan penampilan Stres panas kronik juga menyebabkan penurunan konsentrasi growth hormone dan glukokortikoid. Pengurangan konsentrasi hormon ini, berhubungan dengan pengurangan laju metabolik selama stres panas. Selain itu, selama stres panas konsentrasi prolaktin meningkat dan diduga meningkatkan metabolisme air dan elektrolit. Hal ini akan mempengaruhi hormon aldosteron yang berhubungan dengan metabolisme elektrolit tersebut. Pada ternak yang menderita stres panas, kalium yang disekresikan melalui keringat tinggi menyebabkan pengurangan konsentrasi aldosteron.

STRATEGI PENGURANGAN STRES PANAS :
- Stres panas harus ditangani dengan serius, agar tidak memberikan pengaruh negatif yang lebih besar. Beberapa strategi yang digunakan untuk mengurangi stres panas dan telah memberikan hasil positif adalah :
- Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal ini keseimbangan energi, protein, mineral dan vitamin
- Perbaikan genetik untuk mendapatkan breed yang tahan panas
- Perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air
- Penggunaan naungan, penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta kombinasinya
Alat dan bahan :
alat :
-          Termometer klinik
-          Termometer ruangan
-          Stetoskop
-          Stop watch
Bahan :
-          kambing


Kesimpulan :
          Lingkungan berpengaruh besar terhadap sifat genetik ternak. Penerapan ternak di daerah yang iklimnya sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara optimal. Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya menurun. Suhu tubuh dengan suhu rektal dan suhu kulit saling berpengaruh karena suhu tubuh di dapat dari kedua suhu tersebut. Frekuensi pernapasan berpengaruh kepada lingkungan, apabila suhu dan kelembaban naik maka frekuensi respirasi dan denyut jantung akan meningkat.
Daya tahan terhadap panas dapat dihitung dengan melihat jumlah keringat yang diekskresikan oleh hewan atau ternak.

BAHAN PAKAN TERNAK




LAPORAN PRAKTIKUM JENIS-JENIS
BAHAN PAKAN TERNAK













      Disusun oleh :

      fandi taqiuddin ridho
    C31120987




        JURUSAN PETERNAKAN
          PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
TAHUN 2013



BAB I
 PENDAHULUAN
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa.Kelangsungan   hidup  ternak  bergantung  pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Pakan merupakan seluruh bahan makanan yang dibuat untuk kebutuhan ternak yang mengandung berbagai macam nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun terhadap ternak tersebut.Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya.
Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi,ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi pada umumnya.Para peternak pada saat ini telah menambahkan protein,sumber energi,mineral,dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi tenak ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada daging sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak, dan peningkatan kualitas kesehatan ternak.

Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).


·         Klasifikasi Bahan Pakan Secara Internasional
      Bahan pakan dibagi menjadi dua menurut sumbernya, yaitu nabati dan hewani. Bahan pakan nabati adalah pakan yang berasal dari tanaman pangan seperti jagung, sorgum dan gandum. Bahan pakan hewani adalah bahan pakan yang bersumber dari hewan seperti udang, ikan dan darah (Rasyaf, 1994). Secara Internasional bahan pakan dapat dibagi menjadi 8 kelas yaitu hijauan kering, pasture, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan zat additive (Tillman et al, 1998)
·         Hijauan Kering dan Jerami ( dry forages dan roughage )
            Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua hay jerami kering, dry fodder, dry stover dan semua bahan pakan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar (Rasyaf, 1994). Hijauan kering adalah rumput dan daun-daunan leguminosa yang sengaja dikeringkan agar dapat disimpan dalam waktu yang lama dan digunakan sebagai cadangan bahan pakan ternak pada musim kekurangan pakan. Pemberian jerami pada beberapa ternak akan menunjukkan defisiensi vitamin A karena terjadinya penurunan suplementasi vitamin A saat proses fermentasi di dalam rumen (Lubis, 1992).
·         Pastura atau Hijauan Segar
Tanaman padangan hijauan yang diberikan segar termasuk dalam kelas ini adalah semua hijauan diberikan secara segar. Hijauan segar atau pasture dapat dihasilkan dari jenis rumput maupun leguminosa (Lubis, 1992). Hijauan merupakan sumber pakan utama ruminansia baik berupa rumput maupun leguminosa. Hijauan akan terasa kasar bila diraba dan mempunyai bau khas masing-masing (Rasyaf, 1994). Pastura atau hijauan segar memiliki nilai protein yang cukup tinggi (Tillman et al, 1991)
·         Silase
Kelas ini menyebutkan silase hijauan (jagung, alfafa, rumput dsb) tetapi tidak silase ikan, biji-bijian dan akar-akaran (Hartadi et al., 1993). Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami proses fermentasi didalam silo secara anaerob, menagndung bahan kering sebesar 20,35% (Tillman et al, 1998). Proses pengawetan hijauan dengan cara fermentasi menggunakan satu jenis bakteri disebut erilase. Bahan pakan yang mengalami ensilase di sebut silase. Silase membuat pakan menjadi asam dan lembek (Parakkasi, 1995).
·         Sumber Energi
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan dengan kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau kandungan dinding selnya kurang dari 35% (Lubis, 1992). Zat makanan yang digunakan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat. Karbohidrat mensuplai sekitar 80% total energi (Parakkasi, 1995).
·          Sumber Protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (Lubis, 1992). Bahan pakan sumber protein biasanya berupa tepung atau bungkil (Wahyu, 1992). Semua pakan yang mengandung protein 20% atau lebih biasanya berasal dari tanaman, hewan dan ikan (Tillman et al 1991).
·          Sumber Mineral
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak mineral. Kandungan pada tepung ikan bervariasi dari 46%-75%. Kandungan asam aminonya baik, banyak mengandung vitamin dan mineral, karena itulah tepung ikan memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan bahan makananlainnya (Rasyaf, 1994). Unsur anorganik mempunyai banyak fungsi dalam proses pengatur pertumbuhan (Parakkasi, 1995).
·          Sumber Vitamin
Vitamin adalah organik yang tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Vitamin hanya diperlukan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kehidupan (Tillman et al, 1998). Vitamin adalah zat katalitik esensial yang tidak dapat disintesis tubuh dalam metabolisme, maka harus diperoleh dari luar (Anggorodi, 1994). Vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil tetapi merupakan regulator metabolis (Rasyaf, 1994).
·         Zat Additif
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam ransum dalam jumlah sedikit (Lubis, 1992). Zat additif adalah zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya (Rasyaf, 1994).

v  MANFAAT  PAKAN

1. Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
  1. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
  2. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
  3. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
  4. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).

2. Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
  1. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
  2. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
  3. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).

3. Sumber Vitamin dan Mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.

v  Bahan pakan

  JENIS-JENIS BAHAN PAKAN




1.Tepung Ikan
     
Merupakan bahan utama untu keseimbangan asam amino. Kandungan protein antara 60 – 70 % (impor) dan 45 – 55 % (lokal), tergantung pada : materi ikan, proses pengolahan, dan penyimpanan kandungan proteinnya sangat tergantung kepada jenis ikan yang digunakan, ikan laut akan lebih baik dibandingkan dengan ikan darat jika digunakan untuk membuat tepung ikan  Dapat mendukung bahan baku asal nabati. Harga per satuan beratnya relatif mahal sehingga bahan baku ini hanya digunakan sebesar 5-12% terhadap total komposisi.

2. Crumble
  
. Crumble adalah pellet yang dikecil-kecilkan untuk mempermudah bahan makanan bisa dimakan oleh ternak non ruminansia.





3. Edamame Giling
  
            Untuk ternak ruminansia. Proses dari limbah penggilingan kulit edamame yang di keringkan dan di halusnya menjadi serabut-serabut. Diberikan pada ternak ruminansia dan non ruminansia.

 4.Gerantek
  
Berasal dari proses 1 penggilingan padi . Gizinya sedikit sekali. Tidak baik buat ayam. Gerantek ini bis membuat ternak kenyang tetapi tidak membuat gemuk pada ayam. Gerantek adalah dedek kasar. Diberikan pada ternak ruminansia dan non ruminansia.

 5.Konsentrat
  
Berasal dari campuran beberapa bahan makanan. Untuk ternak ruminansia dan non ruminansia.

 6. Kulit Edamame
  
Berasal dari kedelai yang diambil kulitnya saja dan kulit kedelai dikeringkan. Diberikan pada ternak ruminansia, tetapi cara pemberiannya tidak boleh terlalu banyak seharusnya dengan memenuhi standart pemberian saja.

 7. Kulit Kopi
 
Limbah dari kopi berupa kulit ari yang dikeringkan dan ditumbuk kasar. Kopi yang hanya diambil kulit kopinya saja dan diambil dari kulit biji kopi yang terluar. Sebagai sumber protein. Kulit kopi untuk makanan ternak ruminansia.
Limbah kulit kopi mengandung protein kasar 10,4 persen atau hampir sama dengan bekatul. Sedangkan kandungan energi metabolisnya 3.356 kkal/kg.
            Salah satu kendala pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah. Dengan proses amoniasi, tingkat kecernaan kulit kopi bisa ditingkatkan.
 8. Pellet
 
Untuk membuat satu palet pakan ternak baik itu ikan maupun unggas, pemilihan bahan baku sangat penting, sebenarnya mungkin bisa ada banyak bahan baku pakan pelet untuk ikan dan unggas di sekitar kita, namun terkadanag kita tidak menyadarinya.
Dalam membuat pelet pakan ternak ikan ataupun unggas, bahan-bahan yang digunakan harus berfungsi sebagai sumber energi, sumber protein dan sumber lemak, berikut adalah tabel bahan makanan/ bahan baku untuk pembuatan pelet ikan dan unggas.

 9. PK 2
 
     Hasil dari limbah proses penggilingan padi yang kedua. Sebagai sumber energi. Pakan ini untuk ternak ruminansia. Dedak halus, merupakan hasil ikutan penumbukan atau penggilingan untuk memperoleh beras asah; kandungan PK ± 11 % dengan SK ± 10%; kaya vitamin dan niasin; mudah tengik; kandungan serat kasar tergantung pada terikutnya kulit gabah; dapat digunakan untuk ternak non ruminansia.


 9.Saparator (Bekatul)
     

Hasil proses akhir dari padi yang bentuknya lebih halus dari PK2. Banyak mengandunng Vit B(B5). Di berikan pada ternak ruminansia dan non ruminansia.
Bekatul termasuk dalam sumber energi karena bekatul mengandung zat anti nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti tripsin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa bekatul juga mengandung calcium-fosfor dan Zn-filtrat yang tinggi. Bekatul memiliki bentuk serbuk, berwarna cokelat keputihan, bau khas, rasa hambar dan zat anti nutrisi yang dimiliki adalah oxalat.

 10. Tepung Daging
Merupakan produk kering jaringan mamalia (non bulu, kuku, viseral,dan kulit). Kandungan protein cukup tinggi antara 50 – 60 %. Kombinasi jagung dan tepung daging dengan proporsi yang cukup tinggi dalam ransum akan berbahaya bagi monogastrik.
 11.Tepung Tulang
Salah satu sumber mineral makro pakan adalah tepung tulang. Tepung ini mengandung yaitu kalsium 24% dan fosfor 12%. Namun, penggunaannya hanya terbatas sebagai pelengkap jika nutrisi dalam komposisi bahan baku yang ada tidak mencukupi. Pabrik pakan umumnya menggunakan meat and bone meal (tepung daging dan tulang) sebagai sumber mineral dan protein sekaligus. Bahan ini biasanya diimpor dari luar negeri. Penggunaan tepung tulang sudah jarang dilakukan, apalagi sudah banyak sumber mineral sintetis yang diproduksi oleh pabrik pembuat bahan baku pakan maupun farmasi.

 12. Jagung
 
           Bahan ini “diharuskan” untuk digunakan pada ransum unggas komersial pada umumnya. Merupakan biji-bijian sumber energi dengan kadar protein yang rendah (lisin dan tritophan), rendah serat kasar dan mengandung energi yang tinggi; juga merupakan sumber Xantophil, provit-A, asam lemak. Kandungan PK 9,8%; rendahnya kualitas protein karena adanya “zein” (50% dari seluruh protein jagung) yang bersifat larut dalam alkohol. Penggunaan jagung dalam ransum harus ditambahkan sumber protein atau asam amino sintetik. Kadar lemak yang relatif tinggi menyebabkan tidak tahan disimpan lama. Komposisi zat makanannya dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan penanamannya.

13.Bungkil Kelapa sawit
   
           Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisapembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dansangat potensial untuk meningkatkan kualitas karkas.Kandungan  nilai gizi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 8.Tabel 8. Kandungan nilai gizi bungkil kelapaKandungan Zat Kadar Zat Bahan kering (%) 84.40, Protein kasar (%) 21.00, TDN (%) 81.30, Serat kasar (%) 15.00, Lemak kasar (%) 1.80

 14. Bungkil Kedelei
  
           Merupakan bahan baku dengan kandungan protein yang tinggi (43–51 %). Mempunyai pembatas nutrisi berupa rendahnya kandungan lisin dan metionin. Bahan ini lebih banyak digunakan pada ternak unggas dan babi. Merupakan bahan favorit pada formulasi ransum; pada ternak babi dapat mencapai penggunaan 93 % dan pada ternak ayam maksimal 45 %.

15. Molases 
           Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadigula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungankarbohidrat, protein dan mineral protein cukup tinggi, sehingga bisa jugadigunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung.Disamping harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma danrasanya. Oleh karena itu apabila dicampur dalam ransum maka akan bisamemperbaiki aroma dan rasanya (Hasan danIshida, 1992) Kandungan Zat Kadar Zat Bahan kering (%) 67.50, Protein kasar (%) 3.50, TDN (%) 81.00 Serat kasar (%) 0.38, Lemak kasar (%) 0.08

 16.Ubi kayu
           sumber energi yang realtif murah dan mudah didapat kandungan PK < 3 % dan SK rendahmengandung racun asam sianida/HCN (termasuk daun) dengan pengolahan dapat mengurangi kadar HCN.


 17. Garam Dapur
 
           Garam yang umum digunakan untuk bahan baku pakan adalah garam dapur berbentuk serbuk yang mengandung yodium sekitar 30-100 ppm. Garam dapur (NaCI) sering digunakan sebagai tambahan untuk mencukupi kebutuhan kedua mineral yang dikandungnya, yaitu natrium dan klor. Penggunaarmya dibatasi sampai 0,25% saja, karena jika berlebihan akan mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran cairan kotoran meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan alas litter menjadi sangat lembab dan basah. Akibatnya, akan timbul gangguan penyakit bagi unggas yang dipelihara.

18. Jagung kuning giling,
  
        berdasarkan hasil praktikum, jagung kuning giling termasuk dalam kelompok sumber energi karena jagung adalah salah satu bahan pakan yang baik untuk penggemukan. Sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) bahwa kelebihan jagung dibandingkan pakan lainnya adalah palatable, kecernaan tinggi dan mudah disimpan. Selain itu jagung giling didominasi warna kuning. Menurut hasil pengamatan jagung kuning giling memiliki bentuk butiran, warna kuning keputihan, tidak berbau, rasa hambar dan memiliki zat antinutrisi berupa mimosin

 19.Onggok
  
berdasarkan hasil praktikum, onggok termasuk dalam sumber energi karena Kadar protein dapat dicerna sebesar 0,6% dan martabat patinya 76%. Hal ini sesuai dengan pendapat Soelistiyono (1976) bahwa susunan zat makanannya berupa 18% air; 0,8% PK; 76% BETN; 2,2% SK; 0,2% L; 2,5% abu. Onggok memiliki bentuk butiran, warna cokelat, tidak berbau, rasa hambar, serta memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu yang berwarna putih sehingga kandungan proteinnya rendah yaitu kurang dari 5%. Anonim (2009) menambahkan bahwa onggok yang terfermentasi dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak terutama ternak unggas.
20.Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan sumber energi untuk ternak. Minnyak goren ini diberikan pada ternak ruminansia.









BAB II
HASIL PAKTIKUM
Tabel bahan pakan

No
Nama Bahan
 Pakan
Warna Bahan
 Pakan
Tekstur Bahan
 Pakan
Bau
1
Tepung Ikan
Coklat Muda
Halus agak kasar
Amis, gurih
2
Crumble
Coklat
Padat (bulat kecil-kecil)
Amis
3
Edamame Giling

Coklat Muda
Serabut
Apek
4
Gerantek
Krem
Kasar
-
5
Konsentrat
Coklat
Kasar
-
6
Kulit Edamame
Coklat
Kulit kedelai
Apek
7
Kulit Kopi
Coklat Tua
Kasar
Apek
8
Pellet
Coklat
Padat(bulat memanjang/tabung)
Amis
9
PK2
Coklat Muda
Halus agak kasar
Tengik
10
Separator / bekatul
Kuning Pucat
Halus

11
Tepung Daging


-
12
Tepung Tulang


-
13
Jagung
Kuning ke Orange
Kasar (padat)
-
14
Bungkil kelapa sawit
Coklat Kehitaman
Halus agak kasar
Apek
15
Bungkil Kedelai
Coklat Muda
Kasar

16
Molases
Hitam
Cair
-
17
Ubi Kayu



18
Garam
Putih Bening
Kasar
Amis
19
Jagung kuning giling


-
20
Minyak Goreng
Putih Kekuningan
Kasar
Manis








BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum Klasifikasi Bahan Pakan diperoleh hasil sebagai berikut :

 Hijauan kering
         Bahan pakan yang termasuk dalam kelas hijauan kering atau hay adalah semua hay, jerami kering, dry stover dan semua bahan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa hijauan kering dan jerami memiliki 18% atau lebih serat kasar. Berdasarkan hasil praktikum tidak terdapat bahan pakan yang termasuk golongan hijauan kering kering dan jerami.


 Hijauan segar / pastura
     Berdasarkan hasil praktikum, bahan pakan yang termasuk dalam kelas atauhijaun segar antara lain angsana, kulit jagung dan benggala.

 Kulit jagung,
     berdasarkan hasil praktikum kulit jagung adalah bahan pakan yang tergolong dalam kelas pastura. Kulit jagung bisa dikatakan sebagai hijauan segar karena memiliki kalori yang cukup tinggi dan disukai ternak serta memiliki palatabilitas yang cukup tinggi bila dalam keadaan segar. Sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa kulit jagung memiliki kalori yang cukup tinggi dan disukai ternak. Menurut hasil praktikum kulit jagung berwarna hijau kekuningan, berupa lembaran, tidak berbau, rasa hambar dan memiliki zat antinutrisi berupa mimosin.

 Silase
    Berdasarkan hasil praktikum, bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan atau bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami prises fermentasi di dalam silo seperti secara anaerob, mengandung bahan kering sebesar 20-35% (Tillman et al, 1998). Tillman et al (1991) menambahkan bahwa silase adalah bahan makanan yang dipotong-potong dan difermentasi. Berdasarkan hasil praktikum tidak terdapat bahan pakan yang termasuk golongan silase.
Sumber energi
    , kelas bahan pakan yang termasuk dalam Sumber Energi antara lain tepung daun pepaya, jagung kuning giling, onggok, bekatul, tetes, tepung daun singkong, pollard, jagung putih dan tebu merah.

Jagung kuning giling,
      jagung kuning giling termasuk dalam kelompok sumber energi karena jagung adalah salah satu bahan pakan yang baik untuk penggemukan. Sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) bahwa kelebihan jagung dibandingkan pakan lainnya adalah palatable, kecernaan tinggi dan mudah disimpan. Selain itu jagung giling didominasi warna kuning. Menurut hasil pengamatan jagung kuning giling memiliki bentuk butiran, warna kuning keputihan, tidak berbau, rasa hambar dan memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa jagung mempunyai pigmen crytoxanthin yang merupakan prekusor vitamin A. Pigmen ini akan menyebabkan warna yang menarik pada karkas ayam broiler.
Jagung mengandung 86% BK; 4,3% SK; 61,8% BETN; dan 9,7% PK, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely and Blade (1994) bahwa jagung mengandung serat kasar yang rendah dan mudah di dapat. Jagung kuning ini diberikan kepada unggas antara lain, ayam broiler, ayam ras pembibit, itik, bebek, angsa, kalkun, ayam hias, ayam bekisar, ayam pelung, dan ayam buras lainnya (Rasyaf, 1994).
 Onggok,
  Onggok termasuk dalam sumber energi karena Kadar protein dapat dicerna sebesar 0,6% dan martabat patinya 76%. Hal ini sesuai dengan pendapat Soelistiyono (1976) bahwa susunan zat makanannya berupa 18% air; 0,8% PK; 76% BETN; 2,2% SK; 0,2% L; 2,5% abu. Onggok memiliki bentuk butiran, warna cokelat, tidak berbau, rasa hambar, serta memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu yang berwarna putih sehingga kandungan proteinnya rendah yaitu kurang dari 5%. Anonim (2009) menambahkan bahwa onggok yang terfermentasi dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak terutama ternak unggas.

 Bekatul,
   bekatul termasuk dalam sumber energi karena bekatul mengandung zat anti nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti tripsin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa bekatul juga mengandung calcium-fosfor dan Zn-filtrat yang tinggi. Bekatul memiliki bentuk serbuk, berwarna cokelat keputihan, bau khas, rasa hambar dan zat anti nutrisi yang dimiliki adalah oxalat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa bekatul adalah pakan sumber energi yang merupakan hasil samping pertanian. Parakkasi (1995) menambahkan bahwa bekatul adalah hasil penggilingan sisa pertanian sehingga berbentuk serbuk halus.

 Tetes,
    tetes adalah bahan pakan yang tergolong dalam kelas sumber energi. Tetes berbentuk cair, berwarna hitam, bau seperti kecap, rasa manis dan memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Penggunan dalam penyusunan pakan ternak terbatas sekitar 5% dari komposisi pakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bila terlalu banyak pemakaiannnya akan menyebabkan feses (kotoran) ternak ungaas menjadi basah. Kadar protein indeks rendah, tapi cukup potensial sebagai sumber energi.


. Tebu Merah,
 , tebu merah termasuk dalam kelas sumber energi. Memiliki bentuk batang, berwarna kekuningan, bau harum, rasa manis dan memiliki zat antinutrisi berupa oxalate. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Lubis (1992) yang menyatakan bahwa tebu merah berwarna merah tua, lebih gurih daripada tebu biasa, berbentuk batang dan dapat diolah menjadi gula merah.

. Sumber protein
Berdasarkan hasil praktikum kelas bahan pakan yang termasuk dalam sumber protein antara lain bungkil kelapa, bungkil kedelai, pellet dan kroto sk3.

 Bungkil kelapa,
   bungkil kelapa termasuk dalam golongan sumber protein karena bahan pakan digunakan dalam penyusunan ransum untuk ternak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bungkil kelapa dalam ransum digunakan sebagai sumber protein dan berasal dari hasil ikutan dari pabrik minyak kelapa. Bungkil kelapa berbentuk serbuk, berwarna cokelat, bau apek, rasa hambar dan zat antinutrisi yang dimiliki adalah mimosin. Menurut Murtidjo (1987) bungkil kelapa memiliki kandungan zat gizi 20,55 protein kasar, 86% bahan kering, 16,9% serat kasar, 9,4% BETN, 5,6% abu dan energi metabolisme sebesar 1540 kkal/kg.

 Bungkil Kedelai,
   bungkil kedelai termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber protein, berbentuk serbuk, berwarna cokelat, bau apek, rasa hambar dan zat antinutrisinya berupa mimosin. Menurut Wahju (1997) bahwa bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6% lemak kasar, 60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar. Rasyaf (1994) menambahkan bahwa protein yang terkandung oleh bungkil kedelai cukup tinggi sehingga dalam penyusunan ransum bungkil kedelai digunakan sebagai sumber protein. Kualitas bungkil kedelai tergantung pada proses pengambilan minyaknya, varietas kacang kedelai dan kualitas kacang kedelainya.

 BR (pellet),
    pellet termasuk dalam kelompok sumber protein. Memiliki tekstur butiran, berwarna cokelat, bau apek, rasa hambar daan zat antinutrisinya berupa oxsalat. Menurut Murtidjo (1987) pelet merupakan alternatif makanan yang efisien penggunaanya karena proses pembuatannya mudah, mudah dicerna, bersih dari kuman-kuman salmonella. Anggorodi (1994) menambahkan bahwa segi ekonomis pemakaian jenis pakan ini adalah memperpanjang penyimpanan dan menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi yang terkandung dalam komposisi pakan. Adapun pendapat dari Wahju (1997) yang menyatakan bahwa kandungan nutrisi meliputi protein 9,5%, kandungan energi 4530-4520 kal / kg dan serat kasar 10%.


 Sumber vitamin
   Bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak vitamin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Murtidjo (1991) yang mengungkapkan bahwa bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak vitamin. Jagung kuning memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan jagung putih karena jagung kuning mengandung karoten, provitamin A yang tinggi. Vitamin adalah zat katalitik esensial yang tidak dapat disintesis tubuh (Anggorodi, 1994). Rasyaf (1994) menambahkan bahwa vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang kecil tetapi merupakan regulator metabolisme.

 Zat Additif
  Berdasaarkan hasil praktikum kelas bahan pakan yang termasuk zat additif antara lain temulawak.

 Temulawak,
   temulawak termasuk zat additif, memiliki bentuk bongkahan, berwarna kuning (orange), bau khas temulawak, rasa pahit serta mengandung zat antinutrisi berupa mimosin. Hal tersebut sesuai dengan pendapet Murtidjo (1991) yang menyatakan bahwa temulawak mempunyai warna kekuningan atau kecokelatan.








BAB IV
KESIMPULAN
Pada praktikum ini mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui berbagai jenis bahan pakan dengan melihat, mencium, meraba, dan merasa. Didalam pengembangan ransum yang bergizi, yang cukup memenuhi kebutuhan ternak, dan dalam jumlah tertentu dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuannya, maka teknologi dalam menyusun ransum tersebut di atas lebih banyak memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, menyusun ransum adalah mempertemukan kebutuhan zat gizi ternak (untuk hidup pokok, kerja, pertambahan berat badan, produksi susu, atau produksi telur) dengan zat gizi yang dikandung dalam pakan (diet).